Wednesday, January 2, 2008

DARI KILOMETER O,O (NOL KOMA NOL)

JAKARTA 2 JANUARI 2008

DARI KILOMETER O,O






Sejak 29 Mei 2006, Andi A. Mallarangeng menulis kolom "Dari Kilometer 0,0" yang terbit setiap senin di Harian Jurnal Nasional. Kolom-kolom itu menyajikan ide, isu terkini, dan solusi permasalahan yag dihadapi bangsa ini, dengan bahasa yang ringan dan mudah di mengerti oleh berbagai kalangan. Kolom-kolom itu juga mengandung makna editorial yang mengulas kinerja, kebijakan dan strategi pemerintah dalam menghadapi suatu persoalan. Selain itu, ia memberi pencerahan dan suatu persoalan.

Selain itu ia memberi pencerahan dan motivasi kepada setiap orang agar bersikap optimis dan positif menghadapi berbagai persoalan. Tak ketinggalan, ia pun mengingatkan kita senantiasa bekerja keras memecahkan aneka ragam persoalan.

Lantaran sifat khas kolom-kolom itu, Indonesia Research and Development Institute (Indonesia RDI) memutuskan untuk menerbitkan kompilasi Andi A. Mallarangeng, sebagai salah satu strategi memotivasi khayalak agar tetap menumbuhkan optimisme dan pemikiran positif, tatkala bangsa ini dihadapi kepada berbagai persoalan, politik, ekonomi dan bencana alam. Lebih jauh, buku ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dan referensi bagi pembaca, khususnya yang tertarik mendalami isu-isu yang dibahas Andi A. Mallarangeng.

Andi Alifian Mallarangeng dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan Maret 1963. Ayahnya, Andi Mallarangeng (1936-1972) adalah walikota Parepare yang menjadi walikota pada usia 32 tahun. Namun ayahnya meninggal dunia pada usia 36 tahun. Ketika Andi A. Mallarangeng berusia 9 tahun. Sejak itu, ibunya, Andi Asni Patoppi dan kakeknya, Andi Patoppi (1910-1977), Mantan Bupati Grobogan, Jawa Tengah dan juga Bupati Bone, Sulawesi Selatan yang membesarkannya. Kakeknya ini adalah salah seorang tokoh pemuda Sulawesi Selatan yang berhasil membujuk raja-raja di Sulawesi Selatan untuk mendukung dan menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agusutus 1945. Dari ayah dan kakeknya, ia belajar tentang semangat keindonesiaan yang mengatasi semangat kedaerahan, dari mereka pula ia belajar tentang nilai-nilai kedaerahan yang memperkaya nilai-nilai keindonesiaan. Dan dari ibunya belajar tentang hidup sebagai suatu perjuangan.

Sejak menjadi mahasiswa Fisipol UGM mengikuti jejak ayahnya, ia bercita-cita menjadi dosen. Cita-cita ini akhirnya tercapai dengan menjadi dosen di Universitas Hasanuddin (1988-1999) dan di Institut Ilmu Pemerintahan (1999-2002). Tetapi nasib berkata lain. Jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan munculnya tuntutan reformasi, mengharuskan penataan ulang sistem politik dan sistem pemerintahan di Indonesia, yang didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi dan desentralisasi. Sebagai Doktor Ilmu Politik baru dengan disertai tentang Contextual Analysis on Indonesian Electoral Behavior, Andi A.Mallarangeng diminta menjadi anggota Tim Tujuh (1998-1999) yang dipimpin oleh Prof. DR. Ryaas Rasyid, untuk merumuskan paket Undang-undang Politik yang baru sebagai landasan bagi pemilu demokratis pertama di era reformasi. Tim Tujuh ini kemudian juga merumuskan Undang-undang Pemerintahan Daerah yang baru, sebagai landasan reformasi sistem pemerintahan dengan desentralisasi dan otonomi daerah.

Keterlibatannya dalam gerakan reformasi berlanjut ketika ia dipercaya sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), wakil pemerintah, yang menyelenggarakan pemilu demokratis pertama pada tahun 1999. Dengan dibentuknya Kementrian Otonomi Daerah dalam pemerintah era reformasi, Andi A.Mallarangeng mengundurkan diri dari KPU dan bergabung sebagai Staf Ahli Menteri Negara Otonomi Daerah (1999-2000). Sayang sekali kementrian itu kemudian dibubarkan walau baru berusia 10 bulan. Ia kemudian bekerja mengembangkan ide tata pemerintahan yang baik (good govermance) sebagai Chair of Policy Committee pada Partnership for Govermance Reform in Indonesia (2000-2002). Ia sempat mendirikan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan bersama Prof. DR. Ryaas Rasyid pada tahun 2002, namun keluar dua tahun kemudian, ia juga dikenal sebagai pengamat, kolumnis dan komentator politik di berbagai media.

Andi A. Mallarangeng untuk sementara ini berhenti menjadi dosen, karena sejak Oktober 2004 ia ditunjuk sebagai Juru Bicara Kepresidenan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak itu pula, mantan aktivis mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Islam dan Senat Mahasiswa ini pun berhenti sementara menjadi pengamat dan komentator politik. Baginya tugas sebagai Juru Bicara Kepresidenan ini adalah suatu kehormatan yang menuntut seluruh waktu dan perhatiannya.

Penghargaan yang pernah diraih Andi A. Mallarangeng adalah Man of the Year, Majalah MATRA (2002), Future Leader of Asia, Majalah Asia Week (1999), Bintang Jasa Utama RI (1999), dan Percy Buchman Prize (1995).

Andi Alifian Malarangeng meraih gelar Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, USA (1997). Di universitas yang sama, ia meraih gelar Master of Science di bidang sosiologi. Sedangkan gelar DRS Sosiologi diraihnya dari Fisipol Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1986).


Kolom-kolom popular ini sarat dengan isu yang beragam, disertai gagasan dan pikiran kreatif penulisnya. Sebagai Juru Bicara, Bung Andi Mallarangeng amat memahami pergulatan pemikiran seorang presiden dalam mengambil keputusan, menetapkan kebijakan dan melakukan tindakan nyata menjalankan pemerintahan. Buku yang tepat bagi mereka yang optimis dan ingin maju.

Susilo Bambang Yudhoyono

Presiden Republik Indonesia

Andi Mallarangeng kembali membuktikan kepiawaiannya menulis kolom. Cuplikan peristiwa di sekitar kehidupan Presiden SBY, serta hasil pengamatan dan penilaian Andi atas sejumlah peristiwa lainnya yang terhimpun dalam buku ini, sangatlah menarik. Kumpulan tulisan ini menawarkan perspektif baru dalam kita memandang kehidupan. Bacaan yang ringan dan santai, tanpa kehilangan nuansa intelektual.

Muhammad Ryaas Rasyid

Akademis, Anggota DPR-RI 2004-2009

Kolom-kolom ini ringan, namun sangat kaya nuansa human interest. Dialog-dialog yang direkam memberikan aksentuasi yang kuat pada sisi kemanusiaan Presiden SBY.

Mohammad S. Hidayat

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia

Sebuah kumpulan tulisan yang asyik dibaca karena ditulis tanpa pretensi. Isinya informatif tentang dunia kepresidenan dari sisi yang lebih manusiawi. Andi Mallarangeng betul-betul meletakkan dirinya sebagai seorang juru bicara presiden yang berupaya menjelaskan langkah SBY kepada masyarakat dengan bahasa yang komunikatif.

Leila S.Chudori

Wartawan/Penulis

Andi A. Mallarangeng adalah pesona, kecerdasan, kelugasan dan kelincahan... sosok intelektual dan politisi yang mampu mendudukkan setiap persoalan secara proporsional.

N. Syamsuddin Ch. Haesy

Pimpinan Umum Jurnal Nasional





Parijs Van Java

Mobil Kepresidenan boleh anti peluru, tetapi bau itu tetap masuk melalui saluran AC, membuat Presiden bertanya-tanya. Ada di mana kita? Inikah Bandung? Paris Van Java? 'Sampah Pak,' ajudan Presiden mencoba menjelaskan. 'Ada sampah di mana-mana dan tak kemana-mana' kata presiden-presiden mahasiswa se-Bandung Raya ketika bertemu Presiden SBY seusai acara berlari. Mereka meminta Presiden SBY turun tangan.

Cinta yang Terhalang di Kuba

Gara-gara politik, dua hati jadi terpisah. Masih ingat cerita tragedi cinta pada generasi tahun 50-an dan 60-an?

Indonesia Raya Berkumandang di Guilin

Tiba-tiba salah seorang diantara mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya, yang kemudian serempak diikuti oleh yang lain. Sekitar 20 sampai 30 orang menyanyikan lagu Indonesia Raya dari atas tebing di antara petugas keamanan. Presiden SBY dan rombongan tertegun, lalu menghentikan langkah sambil ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya.


Wassalam

Rachmad Yuliadi Nasir
rachmad_poltektk93 at yahoo dot com

www.rachmadpoltektk93.blogspot.com
www.sabangfreeport.blogspot.com